Prodi Ilmu Kelautan IPB University Adakan Webinar Tentang Paleo Oseanografi, Menelusuri Jejak Rekam Sejarah Laut Indonesia
Program Studi Ilmu Kelautan Sekolah Pascasarjana (SPs) IPB University mengadakan webinar marine science tentang Paleo Oseanografi, Menelusuri Jejak Rekam Sejarah Laut Indonesia (21/12). Webinar ini menghadirkan narasumber Dr Rina Zuraida dari Balai Bioindustri Laut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Webinar dipandu oleh Prof Agus S Atmadipoera dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University sebagai moderator.
Dr Syamsul B Agus, Ketua Departemen ITK FPIK IPB University menyampaikan webinar terkait dengan paleo oseanografi ini sangat menarik dan sesuatu hal yang berbeda dengan melihat sejarah dan jejak rekam tentang laut di Indonesia. “Tentu melalui webinar ini harapan kita akan dapat memahami dan mengetahui tentang paleo oseanografi yang menelusur jejak rekam sejarah laut Indonesia. Apakah dulu laut Indonesia ini lebih luas ataukah lebih sempit, dapat dijelaskan oleh narasumber, sehingga layak untuk diikuti,“ ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Dr Rina Zuraida menjelaskan bahwa paleo oseanografi merupakan ilmu multidisiplin yang terdiri dari oseanografi, klimatologi, biologi, kimia dan geologi yang mempelajari sejarah lautan. Material utama yang digunakan adalah sedimen dasar laut biogenik yang terdiri dari foraminifera, diatom, radiolarian, nannoplankton, pollen dan sebagainya. Selain itu ada inorganik yang terdiri dari rafted debris, debu dan juga biota yang terdiri dari koral.
“Beberapa hal yang dipelajari dalam bidang paleo oseanografi ini adalah fisiografi, biota bentik dan plankton, massa air dan sifat massa air serta sirkulasi massa air permukaan, intermediet dan dasar,” ujarnya.
Dr Rina Zuraida menyampaikan riset ini umumnya dilakukan pada sedimen pelagis yaitu sedimen yang berukuran halus yang tidak mengandung terrigenous matter. Dan hemipelagis atau sedimen berukuran halus yang mengandung terrigenous matter berumur mesozoikum-kenozoikum atau umur kerak samudra tertua hingga saat ini.
Ia menambahkan sirkulasi laut global atau dikenal juga dengan global thermohaline circulation saat ini dikontrol oleh posisi-posisi benua dan juga kondisi batimetri. Sirkulasi saat ini berbeda dengan sirkulasi pada jutaan tahun yang lalu.
“Sirkulasi laut global saat ini terdiri dari arus laut dalam atau deep water yang terbentuk di atlantik utara akibat turunnya arus permukaan. Satu siklus global ini membutuhkan waktu 600 tahun untuk kembali ke titik yang sama. Dan waktu tersebut lebih dari kemampuan pengukuran saat ini,” ujarnya. (HBL/Zul) Source : https://www.ipb.ac.id/news/