Sambutan Dekan SPs IPB pada Wisuda Tahap II 25 Februari 2009

gwwAssalamu'alaikum Wr. Wb.

Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua

Yang saya hormati Ketua Program Studi
Yang terhormat Rekan-rekan Pimpinan SPs IPB
Yang terhormat saudara-saudari wisudawan dan wisudawati beserta keluarga

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak nikmat dan rahmat kepada kita semua sehingga siang ini kita dapat berkumpul di sini dalam keadaan sehat wal'afiat untuk mengikuti acara penganugerahan ijazah bagi lulusan Sekolah Pascasarjana IPB Tahap II Tahun Akademik 2008/2009.

Seperti pada waktu-waktu yang lalu, setiap kali kami hadir dan berdiri di hadapan saudara-saudari wisudawan-wisudawati SPs IPB seperti halnya siang ini, ada perasaan bangga yang tidak mudah untuk kami gambarkan. Betapa tidak, pada siang hari ini misalnya, kami berdiri di hadapan 220 (dari 244) wisudawan dan wisudawati yang berasal dari berbagai usia, dari berbagai bidang keilmuan, dari berbagai instansi, dan dari berbagai daerah di Indonesia. Perasaan bangga bahwa SPs IPB telah menjadi sebuah ”wahana penggodokan keilmuan dan budaya” bagi calon-calon pelaku pembangunan dan agent-agent perubahan.
 
Pada Wisuda Tahap II Tahun Akademik 2008/2009 ini tercatat 220 wisudawan-wisudawati hadir, masing-masing 46 orang dari Program Pendidikan Doktor (S3) dan 174 orang dari Program Magister (S2); yang terincikan lebih lanjut atas 125 orang dari Program Magister Sains, 20 orang dari Program Magister Profesi, dan 29 orang dari Progam Magister Manajemen dan Bisnis.

Wisudawan-wisudawati SPs IPB yang hadir pada acara ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Nanggroe Aceh Darussalam di ujung barat hingga dari Papua di ujung timur Indonesia. Bahkan hari ini juga diwisuda satu orang lulusan berasal dari Afrika (sdr. Robert Kibuuka). Wisudawan dan wisudawati berasal dari berbagai instansi; mulai dari staf edukatif pada berbagai PTN/PTS di Indonesia, staf peneliti di berbagai lembaga penelitian/pengkajian di daerah dan di pusat, profesional tingkat lanjut di berbagai dinas teknis sektoral baik pusat maupun daerah, dari praktisi perbankan, dari berbagai institusi/perusahaan swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat, pekerja mandiri (wiraswasta), dan fresh graduates dari pendidikan tinggi sebelumnya. Benar-benar sebuah paduan komponen-komponen pembaharu yang diharapkan mampu turut berperan aktif dalam mempercepat kohesi sosial dan demokratisasi di negara kita.

Kepada saudara-saudari, kami ucapkan selamat atas keberhasilan saudara-saudari menyelesaikan pendidikan lanjut di Sekolah Pascasarjana IPB. Kami berharap peristiwa-peristiwa akademik, pengalaman budaya, pengalaman hidup, dan tentunya peningkatan kompetensi yang saudara-saudari dapatkan selama menempuh pendidikan lanjut di IPB yang penuh dengan upaya-upaya pencarian dan diseminasi temuan sebagai budaya pendidikan pascasarjana dalam rangka “Mencari dan Memberi yang Terbaik bagi Masyarakat dan Bangsa”; dapat saudara-saudari amalkan sekembalinya ke institusi dan daerah masing-masing.

Wisudawan, Wisudawati dan hadirin yang berbahagia,

Dalam waktu dekat, bangsa Indonesia akan menghadapi dua peristiwa besar yakni pesta demokrasi berupa pemilihan umum legislatif yang menentukan wakil rakyat di parlemen dan pemilihan umum presiden untuk memilih pemimpin nasional. Dua peristiwa politik yang akan memberikan dampak signifikan terhadap perjalanan dan tata kehidupan bangsa ini ke depan harus mendapat perhatian yang besar dari kita semua.  Atmosfer kompetisi dari dua peristiwa politik ini mulai kita rasakan dan semakin kental dengan semakin mendekatnya hari H pemilu legislatif. Upaya-upaya pencitraan positif terhadap satu kelompok dan sebaliknya upaya-upaya pencitraan negatif terhadap kelompok lain telah sering kita saksikan di berbagai media. Alangkah buruknya citra perpolitikan di negara kita jika kesalahan dan kegagalan satu kelompok dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya bagi pencitraan negatif kelompok tersebut olek kelompok lainnya untuk kepentingan yang sesaat dan pragmatis.

Sebagai bagian dari kelompok berilmu pengetahuan (knowledge based society), kita tidak boleh larut dalam praktek politik yang tidak terpuji ini.  Kita justru harus memberi teladan dengan menempatkan diri sebagai kelompok yang menjunjung tinggi kebenaran, mengutamakan akhlaqul-karimah, dan menjauhkan diri dari politik fitnah. Ada ruang toleransi terhadap ketidaksempurnaan. Marilah kita jadikan kedua momen penting tersebut sebagai proses pembelajaran, pengalaman dan praktek politik yang dewasa. Pembelajaran seyogyanya dapat kita lakukan dengan dewasa dan berbudaya, karena sesungguhnya “budaya” merupakan kulminasi dari proses pendidikan. Marilah kita jadikan peristiwa yang sama di Amerika Serikat yang telah mengantarkan Barrack Obama ke tampuk kepemimpinan nasional sebagai pelajaran berharga. Kita berharap agar polarisasi kesukuan, ras, kelas sosial dan lainnya tidak lagi menjadi kerikil dalam perjalanan bangsa yang majemuk ini. Sebaliknya, energi tersebut dapat kita optimalkan untuk melakukan karya-karya nyata bagi perbaikan kehidupan bangsa ini ke depan.

Wisudawan dan wisudawati yang berbahagia,

Masih segar dalam ingatan kita kunjungan Menlu AS, Hillary Clinton, minggu yang lalu. Smart power, kemitraan strategis dan kerjasama tingkat grass root (bukan sekedar kerjasama pada tataran elit) atau oleh Hillary disebut sebagai people to people diplomacy  merupakan beberapa kata kunci yang diusung oleh Menlu AS dalam dua hari kunjungannya ke Indonesia. Kemitraan strategis yang antara lain menyangkut pendidikan, energi, pangan dan perubahan iklim global harus disikapi secara kritis-konstruktif agar terhindar dari kekhawatiran  bahwa tawaran tersebut juga membawa kebijakan “buy America” yang bersifat proteksionis di balik stimulus ekonomi Amerika Serikat.  Kebijakan ini berpotensi merugikan Indonesia karena pengiriman produk ekspor Indonesia ke Amerika Serikat dapat terhambat.

Terminologi smart power, kemitraan strategis dan kerjasama tingkat grass root mungkin tidak lagi asing bagi kita, namun pertanyaannya adalah bagaimana pendidikan pascasarjana dan keluarannya mampu menterjemahkan dan mengaktualisasikannya.  Pertanyaan ini penting karena pendidikan pascasarjana merupakan sebuah investasi, bukan hanya investasi saudara-saudari saja, namun juga investasi dari masyarakat dan bangsa; sehingga menuntut tanggung jawab saudara-saudari dalam berbagai bentuk. Kami meminta komitmen dan integritas saudara-saudari untuk bersama-sama menjadikan pendidikan pascasarjana dan keluarannya lebih responsif dan antisipatif terhadap permasalahan-permasalahan bangsa.

Pada tahun 2008, seperti terungkap dari data BULOG, bangsa Indonesia menorehkan catatan sejarah penting dimana terjadi surplus produksi beras yang berarti tercapainya swasembada beras. Capaian ini harus mendapat acungan jempol terlepas dari berbagai pertanyaan yang mengikutinya.  Data luas tanam dan luas panen yang masih menggunakan eye estimate, serta upaya sistematis ataupun terobosan yang tidak nampak dalam mencapai swasembada tersebut merupakan pertanyaan yang selalu bergayut dengan capaian swasembada ini. Karena itu seharusnya kita tidak perlu berpuas diri dengan capaian tersebut melainkan terus bekerja keras dan sistematis agar capaian ini berkelanjutan dan semakin mantap pada tahun-tahun mendatang.  Selain itu swasembada ini masih tetap diikuti oleh sikap dan perilaku pangan bangsa kita yang berorientasi pada makanan pokok beras. Mungkin saja kita telah mencapai ketahanan pangan (food security) tapi kita belum mencapai kedaulatan pangan (food souveignity) karena salah satu ciri kedaulatan pangan adalah pangan kita tidak bertumpu hanya pada satu jenis produk pangan melainkan keberagaman pangan seperti umbi-umbian, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Saya berharap pemikiran kedaulatan pangan dapat menjadi alternatif dari pemikiran ketahanan dalam upaya memajukan pertanian, menyejahterakan petani dan menyediakan pangan yang cukup dengan harga yang wajar.

Sebagai bagian dari kelompok akademisi yang memiliki berbagai kompetensi (keilmuan; metodologi; berpikir abstraksi, nalar, deduktif-induktif, analisis-sintesis; dan komunikasi), menguasai pendekatan sistem dan memiliki kemampuan untuk menyusun roadmap, maka tidak dapat disangkal lagi bahwa saudara-saudari telah menjadi smart agent dan bagian dari smart community dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Harapan ke depan adalah bagaimana mensinergikan berbagai potensi cerdas ini menjadi kekuatan cerdas bangsa yang mumpuni. Sebuah kekuatan cerdas yang secara terstruktur dan berkelanjutan mampu menjembatani dan mempersempit berbagai rumpang antara cita-cita kehidupan berbangsa dengan realita yang ada. Masih merebaknya kemiskinan dan kesenjangan sosial, terjadinya degradasi lingkungan, pelanggaran HAM merupakan beberapa persoalan bangsa yang mesti diselesaikan secara cerdas dengan tetap menempatkan masyarakat sebagai subyek dan mengembangkan dinamikanya.

Berbagai konsep mengenai produktivitas, rekayasa peningkatan nilai tambah, pengentasan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat, komunikasi pembangunan pertanian dan perdesaan, pembangunan berwawasan lingkungan, dan berbagai konsep lainnya telah dikembangkan termasuk melalui penelitian disertasi dan tesis saudara-saudari. Pertanyaannya adalah seberapa jauh konsep-konsep tersebut dapat teraktualisasikan dan masuk ke dalam arus pembangunan untuk kemaslahatan umat? Seberapa besar konsep-konsep tersebut dapat menyumbang pencapaian Millenium Development Goal? Disinilah peran dari saudara-saudari sebagai smart agent menjadi penting untuk mengaktualisasikan berbagai konsep tersebut dan menggiringnya ke dalam arus utama pembangunan nasional.
 
Wisudawan dan wisudawati yang berbahagia,

Di pundak saudara-saudari bergantung sebuah tanggung jawab untuk turut serta dalam membangun tata kehidupan baru di negara kita secara cerdas. Menjadi harapan kita bersama agar Pendidikan Pascasarjana dan alumninya dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam hal ini; dan dalam perubahan sosial, ekonomi, politik, dan budaya bangsa dengan tetap mempertahankan integritas akademik; serta memberikan kontribusi dalam membentuk organisasi masyarakat global dan lebih berperan dalam mengurangi kemiskinan dan memelihara kelestarian lingkungan hidup, penegakan demokrasi, keadilan, dan HAM. Dengan dengan tetap mengedepankan “pemikiran terbuka” sebagai ciri insan akademis, saudara/saudari dapat memulai gerakan ini dari institusi dan daerah masing-masing.

Demikian sambutan singkat ini. Selamat atas keberhasilan saudara-saudari menyelesaikan pendidikan di Sekolah Pascasarjana IPB. Semoga saudara-saudari mampu memberikan karya nyata dan mendapatkan penghargaan yang tertinggi dari masyarakat. Tuntunan agama juga mengajarkan bahwa insan yang  paling baik adalah insan yang paling bermanfaat bagi sesamanya. Sampaikan salam hangat dan undangan kami kepada segenap keluarga, kerabat, dan rekan-rekan saudara-saudari untuk menempuh pendidikan lanjut di SPs IPB. Kami berharap kebersamaan kita selama ini di SPs IPB, baik dalam kerangka akademik maupun dalam wadah organisasi  kemahasiswaan (WACANA) dan organisasi alumni, dapat menjadi entry point bagi perintisan dan pengembangan jejaring kerjasama antara institusi saudara dan SPs IPB serta antar institusi saudara-saudari.

Kepada panitia (pegawai dan mahasiswa SPs IPB) yang telah bekerja keras dengan penuh dedikasi untuk suksesnya acara ini saya sampaikan penghargaan yang tinggi. Terima kasih atas perhatiannya, semoga acara ini bermanfaat untuk kita semua.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Bogor, 25 Februari 2009

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Prof. Dr. Ir. H. Khairil Anwar Notodiputro, MS