PPI SPs IPB University Gelar Kuliah Umum Praktik Profesionalisme dan Pendidikan Profesi Insinyur

Program Profesi Insinyur (PPI) Sekolah Pascasarjana (SPs) IPB University kembali gelar kuliah umum dengan tema Praktik Profesionalisme dan Pendidikan Profesi Insinyur (15/10). Acara diselenggarakan secara online dengan menghadirkan narasumber Ir Bambang Goeritno, M.Sc, MPA, IPU dari Sekretaris Jenderal Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dan dipandu oleh Ir M Yanuar J Purwanto, MS PhD, IPU sebagai moderator.

Kuliah umum dibuka oleh Prof Muhammad Romli, Ketua Program Studi (Prodi) PPI SPs IPB University. Prof Muhammad Romli menyampaikan bahwa tema praktik profesionalisme dan pendidikan profesi insinyur ini merupakan salah satu dari tiga mata kuliah wajib prodi PPI, disamping mata kuliah etika keinsinyuran, keselamatan kerja dan kesehatan lingkungan.
“Kami berharap kuliah umum ini dapat menyegarkan dan mengingatkan kita kembali tentang relevansi dan pentingnya aspek profesionalisme untuk menjalankan tugas dan peran insinyur dalam berkarya,” ujarnya.

Niken Ayu Permatasari, STP, MSi Sekretaris Prodi PPI bahwa dengan adanya kuliah umum ini kita dapat mendengarkan langsung dan juga berdiskusi terkait dengan praktik profesionalisme dan juga apa itu pendidikan profesi insinyur.

Menurutnya, PPI adalah program pendidikan tinggi setelah program sarjana untuk membentuk kompetensi keinsinyuran yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi (PT) bekerja sama dengan kementerian terkait PII dan industri, setelah mendapatkan izin dari Menteri.

“Gelar profesi insinyur diberikan oleh PT yang bekerjasama dengan kementerian terkait dan PII serta dapat ditempuh melalui mekanisme reguler dan rekognisi pembelajaran lampau atau RPL,” lanjutnya.

Sementara itu, dalam kuliahnya, Ir Bambang menyampaikan bahwa profesionalisme adalah keharusan karena untuk menjamin kualitas layanan keinsinyuran dan memberi perlindungan kepada insinyur, pengguna dan penerima manfaat keinsinyuran.
“Insinyur harus bekerja sesuai bidang kompetensinya atau keahliannya dan wajib mempertanggungjawabkan hasil kerjanya. Selain itu mereka juga harus unggul dan berdaya saing,” ujarnya.

Ia menjelaskan saat ini tantangan global keinsinyuran semakin besar, salah satunya adalah digitalization and automation.  “Revolusi digital dan rekayasa digital membuat tugas-tugas rekayasa lebih mudah dan mempengaruhi profil persyaratan untuk insinyur,” ujarnya.
Menurutnya, tantangan global lainnya adalah terkait dengan energy transition yang merupakan transformasi di sektor energi global dari yang berbasis fosil menjadi nirkarbon.
“Intinya adalah tuntutan untuk mengurangi emisi karbondioksida (CO2) dari pembangkit-pembangkit energi guna mengatasi dampak perubahan iklim,” jelasnya.
Ia menambahkan, tantangan global berikutnya yang tidak kalah penting adalah infrastructure climate-resilient dan healthcare revolution. Resilience mengacu pada kapasitas suatu sistem baik individu, hutan, kota atau ekonomi untuk menghadapi perubahan iklim dengan tetap berkelanjutan.

“Industri perawatan kesehatan siap mengeksplorasi teknologi digital agar proses penyediaan fasilitas perawatan kesehatan lebih lancar dan berbasis data, sehingga memudahkan pasien dan penyedia layanan kesehatan untuk menindaklanjutinya,” ujarnya. (HBL/Zul) Source : https://www.ipb.ac.id/news/